Pameran pertahanan berskala internasional Indo Defence 2025 yang berlangsung di Jakarta pada 11 hingga 14 Juni 2025 menjadi ajang penting bagi Kanada dalam menggali dan mengembangkan kemungkinan aliansi baru di sektor pertahanan. Hal ini ditegaskan langsung oleh Kepala Delegasi Kanada untuk Indo Defence 2025, Letnan Jenderal Derek Macaulay.
“Dengan peluang untuk berbincang dan bertukar pandangan dengan mitra yang berasal tak hanya dari Indonesia namun juga pihak lain di kawasan Indo-Pasifik, kami merasa forum tersebut memberi peluang yang sangat baik dan kami benar-benar diuntungkan,” ucap Letjen Macaulay di Jakarta, Jumat (13/6).
Dalam wawancara eksklusif bersama kantor berita ANTARA, Macaulay menjelaskan bahwa tidak kurang dari 17 perusahaan asal Kanada turut ambil bagian dalam ajang Indo Defence tahun ini. Beberapa di antaranya adalah BlackBerry, OSI Maritime, dan sejumlah entitas lain yang beroperasi di ranah teknologi dan solusi maritim serta pertahanan.
Menurut Macaulay, keterlibatan Kanada dalam ajang ini bukan semata-mata untuk promosi, namun juga sebagai sarana untuk membuka gerbang kolaborasi, baik dengan Indonesia sebagai tuan rumah maupun dengan negara-negara lain di kawasan Indo-Pasifik. Ia memandang bahwa dinamika keamanan global yang terus berubah menuntut adanya strategi baru, termasuk alokasi anggaran pertahanan yang lebih besar.
Ia menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan dari Kanada saat ini sedang aktif mencari rekan strategis untuk membantu memperluas kapasitas produksi serta mengatasi tantangan yang timbul dalam pengembangan sistem pertahanan. Dalam konteks ini, industri pertahanan di Indonesia pun diyakini memiliki potensi untuk menjalin sinergi yang saling menguntungkan.
“Pameran tersebut tak hanya menampilkan produk satu negara saja, namun juga, secara umumnya, terdapat perwakilan dari banyak negara. Bagi Kanada, hal ini amat berguna,” kata Macaulay.
Macaulay juga menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan Indo Defence 2025 yang menurutnya berjalan secara profesional dan memiliki dampak strategis yang besar. Ia menilai pameran ini sebagai titik temu penting bagi berbagai negara yang ingin menjalin komunikasi dan pertukaran pengetahuan di bidang pertahanan.
Gelaran Indo Defence 2025 Expo & Forum sendiri mengusung tema “Defence Partnerships for Global Peace & Stability”, yang menggambarkan semangat kolaboratif antarnegara dalam menjaga kedamaian dan stabilitas dunia. Acara ini secara resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, pada Rabu (11/6).
Lebih dari 1.180 perusahaan dari 42 negara ikut serta dalam memamerkan produk-produk unggulan mereka, mulai dari alat utama sistem persenjataan (alutsista) hingga teknologi pertahanan mutakhir. Negara-negara seperti Kanada, Amerika Serikat, Turki, dan Prancis turut memamerkan inovasi terbarunya di sektor ini.
Tak hanya pameran, ajang ini juga menjadi wadah penandatanganan berbagai perjanjian kerja sama. Sebanyak 27 nota kesepahaman (MoU) terkait pembelian dan pengembangan alutsista serta peralatan keamanan senilai total Rp33 triliun ditandatangani oleh pihak BUMN, perusahaan swasta nasional, dan industri pertahanan asing.
Pencapaian tersebut mencerminkan posisi strategis Indo Defence sebagai pusat pertemuan global bagi pelaku industri pertahanan. Dengan demikian, kehadiran Kanada dalam forum ini bukan hanya sebagai peserta pasif, melainkan sebagai aktor aktif yang melihat peluang untuk memperkuat jaringan kerja sama internasional.






