Produksi Meluap, Geely Auto Tahan Diri Bangun Pabrik Baru

Niam Beryl

Perusahaan otomotif ternama dari Tiongkok, Geely Auto, memutuskan untuk tidak memperluas jaringan pabriknya dalam waktu dekat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Keputusan ini muncul di tengah kenyataan bahwa volume produksi kendaraan saat ini jauh melampaui tingkat permintaan pasar global, menciptakan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan.

Seperti diberitakan oleh South China Morning Post, pemimpin Geely Auto, Li Shufu, menuturkan bahwa pengembangan fasilitas produksi baru tidak realistis di tengah kondisi kelebihan kapasitas yang tengah melanda industri otomotif China, terutama pada segmen kendaraan listrik.

Pengusaha kawakan tersebut menekankan bahwa alih-alih menambah pabrik, perusahaan akan memusatkan perhatiannya pada penguatan kemampuan teknologinya. Tujuannya adalah agar Geely mampu menjadi salah satu pilar penting dalam dunia mobilitas masa depan yang semakin digerakkan oleh inovasi dan efisiensi.

“Industri otomotif global terperosok dalam masalah kelebihan kapasitas yang parah, [jadi] kami telah memutuskan untuk berhenti membangun pabrik mobil baru,” ujar Li dalam sebuah cuplikan video konferensi.

Pernyataan Li datang sebagai respons atas maraknya fenomena perang harga di pasar otomotif domestik China. Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai merek besar seperti BYD, Leapmotor, hingga Geely sendiri terlibat dalam persaingan sengit, menawarkan potongan harga hingga mencapai 20 persen demi menarik konsumen.

Menanggapi langkah Geely, Chen Jinzhu selaku CEO dari Shanghai Mingliang Auto Service menyebut, “Sebagai salah satu produsen mobil bensin dan listrik terkemuka di negara ini, keputusan Geely untuk menghentikan pembangunan pabrik baru tentu akan menginspirasi para pesaing lokalnya untuk melakukan langkah serupa guna memastikan pertumbuhan sektor otomotif yang sehat.”

Menurut Chen, menurunkan kapasitas produksi dapat menjadi solusi strategis terhadap efek domino dari perang diskon yang merugikan. Dengan mengurangi produksi berlebih, produsen tidak lagi terdorong untuk menjual kendaraan dengan harga murah hanya demi mengosongkan gudang.

Li juga menyatakan bahwa kondisi kelebihan kapasitas yang terjadi di berbagai belahan dunia bisa dimanfaatkan secara cermat melalui strategi globalisasi yang lebih ramah pasar. Pendekatan ini, menurutnya, berpotensi memberikan keuntungan yang lebih besar.

Ia pun memberi peringatan tegas bahwa keunggulan manufaktur serta efisiensi biaya yang saat ini dinikmati oleh produsen kendaraan listrik murni (BEV) asal Tiongkok bisa luntur jika masalah kelebihan produksi dan penurunan penjualan tidak ditangani dengan manajemen yang bijaksana.

Di tengah tantangan industri yang kompleks, Geely Auto tetap mencatatkan pencapaian positif. Pada tahun lalu, perusahaan tersebut berhasil mengirimkan lebih dari 2,18 juta unit kendaraan. Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 32 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk segmen kendaraan listrik murni, penjualannya bahkan melonjak tajam sebesar 92 persen, mencapai 888 ribu unit.

Namun, geliat ekspansi ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tampaknya harus ditahan sejenak. Padahal sebelumnya sempat muncul harapan bahwa Geely akan membangun fasilitas produksi sendiri di tanah air.

“Indonesia punya syarat spesifik soal lokalisasi, yang mana ini termasuk dalam strategi penting kami,” buka Vice President of Geely Auto, Michael Song ditemui di Ningbo International Speedpark, China akhir tahun lalu.

Michael menegaskan bahwa Geely akan terus mengevaluasi kemungkinan tersebut dengan mempertimbangkan faktor seperti perubahan kebutuhan konsumen, ketentuan hukum yang berlaku, serta regulasi yang mengatur sektor otomotif di Indonesia.

“Strategi pengembangan lokalisasi yang mendalam harus bersifat jangka panjang, sehingga saat merek kami hadir di Indonesia terlebih dahulu, kami berharap dapat menjadi merek yang dapat bekerja sama dan berkembang dengan pasar lokal untuk jangka panjang,” jelasnya.

Kendati belum membangun pabrik secara mandiri, Geely tetap menjalankan strategi perakitan lokal melalui kolaborasi dengan pihak ketiga. Model EX5 menjadi produk awal yang dirakit secara lokal di Indonesia, tepatnya di fasilitas milik PT Handal Indonesia Motor. Perusahaan ini juga dipercaya menangani perakitan untuk sejumlah jenama otomotif Tiongkok lainnya seperti Chery, Neta, dan Jetour.

Dengan langkah ini, Geely tampak memilih pendekatan bertahap namun pasti, memprioritaskan stabilitas industri dibanding ekspansi cepat, seolah berkata bahwa dalam dunia otomotif yang kini dipenuhi oleh jalanan sesak kendaraan, terkadang menahan laju adalah strategi terbaik untuk melaju lebih jauh di masa depan.

Also Read

Tags