Pembalap unggulan tim Ducati Lenovo, Marc Marquez, menyatakan bahwa dirinya tak punya ruang untuk kesalahan di lintasan-lintasan yang selama ini menjadi medan pertempurannya yang paling bersahabat, bila ingin mewujudkan impiannya menjadi raja MotoGP tahun ini.
Dalam ajang Grand Prix Aragon yang berlangsung Minggu lalu di Sirkuit Aragon, Marquez menunjukkan performa luar biasa yang mengukuhkan statusnya sebagai salah satu kandidat terkuat dalam perebutan mahkota juara dunia musim 2025.
“Jika saya ingin memenangkan gelar juara dunia musim ini, saya tak boleh gagal di sirkuit yang menguntungkan saya,” kata Marc Marquez dikutip dari Motorsport, Senin.
Pembalap kelahiran Spanyol tersebut kembali memperlihatkan dominasinya di Aragon, seolah menguasai sirkuit itu layaknya seorang panglima yang hafal medan tempurnya di luar kepala.
Ia kini mengukir rekor sebagai pembalap dengan jumlah kemenangan terbanyak di lintasan tersebut — total tujuh kemenangan telah ia kantongi di Sirkuit Aragon, menjadikannya pemilik tahta tak tergoyahkan di arena ini.
Usai menjalani Sprint Race pada hari Sabtu, Marquez mengungkapkan bahwa karakteristik lintasan Aragon sangat selaras dengan cara mengendalikannya terhadap motor. Sirkuit ini, menurutnya, menawarkan kombinasi tikungan dan ritme balapan yang pas dengan gaya agresifnya.
Oleh karena itu, pembalap yang juga merupakan kakak dari Alex Marquez, yang saat ini membela tim Gresini Racing, mengakui bahwa ia memiliki kedekatan emosional dan strategi dengan sirkuit tersebut.
“Di sirkuit ini saya tidak bisa melakukan kesalahan dan kami tidak melakukannya. Akan ada beberapa hal di mana kami akan menderita, tetapi di sini kami harus melakukannya dengan benar,” ujar jawara dunia delapan kali itu.
Dengan kemenangan yang begitu meyakinkan di Aragon, Marc kini memimpin klasemen sementara dengan pengumpulan angka yang cukup meyakinkan, yakni 233 poin. Pencapaian ini memberinya posisi strategis dalam pertarungan menuju gelar juara dunia.
Konsistensi dan ketegasannya untuk tidak menyia-nyiakan peluang di trek-trek yang sudah menjadi “wilayah kekuasaannya” menjadi simbol dari tekad baja yang dimilikinya. Ia tahu bahwa satu kesalahan kecil bisa menjadi batu sandungan dalam perjalanan menuju puncak.






