Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit-penyakit yang jarang dijumpai namun bisa berdampak serius, salah satunya lewat program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Upaya ini menjadi langkah awal untuk membuka mata masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini.
dr Siti Nadia Tarmizi selaku Direktur P2PML mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap tanda-tanda awal dari penyakit langka, dengan memanfaatkan layanan pemeriksaan gratis yang kini telah tersedia bagi semua kalangan usia.
“Apa yang kita lakukan adalah mengenali gejala, sekarang sudah sangat baik kita punya program untuk pemeriksaan kesehatan gratis atau CKG, mulai dari bayi baru lahir sampai lansia kita lakukan pemeriksaan atau cek screening, bahkan pada anak-anak itu kan tumbuh kembangnya diperiksa dan lainnya. Jadi diharapkan bisa mendapatkan (hasil), walaupun memang bukan spesifik,” katanya saat menghadiri diskusi mengenali Neurofibromatosis Tipe 1 (NF1) di Jakarta, Rabu.
Menurut Nadia, meskipun hasil dari program CKG belum bisa memberikan kepastian diagnosis terhadap kondisi langka seperti Neurofibromatosis tipe 1, namun setidaknya menjadi jembatan untuk menjangkau kelompok masyarakat yang selama ini belum tersentuh layanan kesehatan, terutama mereka yang tidak pernah memeriksakan diri karena merasa sehat-sehat saja.
Dengan pendekatan seperti ini, diharapkan sekitar 8-10 persen warga yang selama ini tidak pernah berinteraksi dengan fasilitas medis, bisa ikut tersaring dan mendapatkan perhatian terhadap kondisi kesehatannya.
Ini seperti menjaring ikan di kolam luas, dengan harapan menemukan yang selama ini bersembunyi di dasar air.
“Kalau neurofibromatosis kan tidak ada gejalanya, tidak tahu awalnya seperti apa dengan program CKG ini kita bisa lebih menjangkau masyarakat yang tadinya tidak pernah ke faskes pelayanan kesehatan, karena tidak pernah merasa sakit atau merasa tidak apa-apa, itu yang bisa kita lakukan,” katanya.
Lebih lanjut, Nadia menambahkan bahwa CKG juga dapat mendeteksi secara lebih rinci beberapa gangguan kesehatan yang bisa muncul sejak dini, seperti hipotiroid kongenital, kelainan saluran empedu, masalah jantung bawaan, hingga penyakit keturunan seperti talasemia serta diabetes pada anak.
“Diharapkan bisa mendapatkan (hasil), walaupun memang bukan spesifik,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Program ini seperti pintu masuk pertama yang membuka jalan menuju pemeriksaan lebih dalam. Meski belum tentu langsung bisa mengidentifikasi penyakit langka, langkah awal ini bisa menjadi pemicu untuk melanjutkan ke analisis yang lebih kompleks dan mendalam.
Sebagai bagian dari inovasi, Kementerian Kesehatan juga telah mulai mengembangkan layanan analisa genomik guna menelusuri penyebab dan mendeteksi penyakit langka dengan lebih akurat.
Salah satu bentuk implementasinya dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sardjito, Yogyakarta.
Fasilitas tersebut saat ini masih berada dalam tahap pengembangan awal, namun diharapkan dapat menjadi pijakan awal menuju pemahaman yang lebih menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang sulit dikenali secara konvensional.
Tidak hanya melalui jalur medis, Kemenkes juga menggandeng pihak swasta dan media dalam menyebarluaskan informasi terkait penyakit langka.
Sosialisasi ini diharapkan bisa membangun literasi masyarakat agar mereka lebih waspada dan memahami pentingnya pemeriksaan dini.
“Jadi ini yang kita lakukan edukasi sosialisasi dengan tentunya bersama dengan para stakeholder, bersama juga teman-teman media dan dari sisi layanan memang belum masuk menjadi prioritas tapi untuk pemeriksaan genetik yang bisa kita kembangkan bersama dengan tentunya para ahlinya,” kata Nadia.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah tengah merintis jalan menuju sistem kesehatan yang lebih inklusif, di mana tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal dalam hal akses terhadap informasi dan layanan deteksi penyakit, termasuk yang sifatnya langka sekalipun.






