BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem, Dua Trip Kapal Cepat ke Sabang Tertunda

Niam Beryl

Kondisi cuaca ekstrem di kawasan perairan antara Banda Aceh dan Sabang memaksa dua dari tiga jadwal pelayaran kapal cepat dibatalkan. Ombak yang mengombak setinggi 1,25 hingga 2,5 meter disertai tiupan angin yang mencapai 25 knot membuat pelayaran tak memungkinkan untuk dilaksanakan secara aman.

“Hari ini kapal cepat dua trip batal berangkat dari pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue karena cuaca,” kata Kepala UPTD Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan Wilayah I Aceh, Husaini, di Banda Aceh, Senin.

Menurut Husaini, dua keberangkatan yang dibatalkan adalah pelayaran pagi pukul 08.00 WIB dan jadwal sore terakhir pada pukul 16.30 WIB. Dengan demikian, dari total tiga trip harian yang biasa dijadwalkan, hanya satu yang berhasil melaju yakni pukul 10.00 WIB.

“Normalnya kapal berangkat itu kan tiga trip sehari. Untuk hari ini yang jalan kapal cepat pukul 10.00 WIB,” ujarnya.

Sementara itu, jenis kapal lain yakni feri yang beroperasi dengan kecepatan lebih lambat, masih tetap melakukan pelayaran sebagaimana biasanya. Struktur badan kapal feri yang lebih besar dan kokoh diyakini mampu mengarungi laut yang sedang tidak bersahabat.

“Untuk kapal lambat (feri), karena konstruksi kapalnya berbeda, lebih tangguh dan lebih besar, sepertinya aman,” katanya.

Sebelumnya, prakiraan cuaca dari BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh menyebutkan bahwa perairan Sabang-Banda Aceh sedang dilanda gelombang dengan ketinggian antara 1,25 hingga 2,5 meter, serta hembusan angin yang bergerak dengan kecepatan 15 knot. Kombinasi tersebut membuat area tersebut dianggap tak kondusif untuk aktivitas pelayaran.

Dalam situasi ini, Husaini mengingatkan para pengelola kapal serta penumpang untuk lebih berhati-hati. Ia secara khusus menyampaikan pesan kepada dua operator utama, yaitu PT SIM selaku pengelola Express Bahari dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Banda Aceh, agar tidak memaksakan keberangkatan di tengah cuaca yang kurang mendukung.

“Kita berharap tidak memaksakan diri, tunggu hingga kondisi kembali membaik serta memperhatikan informasi cuaca dan gelombang dari BMKG,” sebut Husaini.

Cuaca laut yang tidak bersahabat menjadi momok bagi keselamatan pelayaran. Dalam konteks ini, BMKG memberikan parameter batas aman pelayaran berdasarkan jenis kapal. Untuk perahu nelayan misalnya, kondisi dianggap berisiko jika angin mencapai kecepatan 15 knot dengan gelombang setinggi 1,25 meter.

Adapun bagi kapal tongkang, kondisi mulai membahayakan apabila kecepatan angin menyentuh angka 16 knot dan ketinggian gelombang berada di angka 1,5 meter. Untuk feri, ambang batas risiko berada pada kecepatan angin 21 knot dan gelombang 2,5 meter. Sementara itu, kapal besar baru terganggu operasionalnya jika angin meniup hingga 27 knot dengan ombak mencapai tinggi empat meter.

Also Read

Tags